Siti Hamida, pembantu kami 4 bulan terakhir, adalah anak yang benar benar nakal. Berusia 16 tahun, lulusan SD, piatu dan sudah disia siakan oleh ayah tirinya. Berasal dari Pare.
Kami mendapatkan Siti lewat pembantu tetangga Nancy yang merupakan teman bibi Siti. Karena kami bisa mempercayai sang perantara, kami menerima Siti bekerja. Dari mulai datang Siti sudah menunjukkan perangai yang kurang baik. Setiap malam, tidak peduli kami repot atau tidak, dia masuk kamar jam 9 tepat. Setelah itu tidak langsung tidur, tapi bertelephone sampai larut dengan teman temannya menggunakan handphone pribadinya. Siang hari tidur sampai puas. Bangun pagi, kalau tidak dibangunkan, kadang bablas sampai jam 6 pagi. Kalau diberi pekerjaan tidak pernah selesai dengan benar. Kalau menemani Cinta main, selalu membuat si Genduk Cilik kesal dan marah marah karena ketidak pedulian dan kemalasannya. Pokoknya sungguh di bawah standard. Tapi saya kasihan dan tidak tega untuk memberhentikannya, karena saya pikir background masa kecilnya yang menyebabkan dia begitu. Dan, saya pikir yang penting dia jujur.
Kami malah menasehati Cinta untuk tidak marah marah terus, kami kuatir Siti nekad dan melukainya. Karena kondisi ini, kami tidak pernah meninggalkan Cinta hanya berdua dengan Siti di rumah.
Sampai pada awal April lalu saya membayar tagihan telephone rumah dan mendapati kenaikan biaya yang cukup tinggi. Waktu di print, muncullah nomor nomor handphone yang ditelephone dari telephone rumah kami, total berjumlah Rp 571,000 sebagian besar ke Bali, ada juga yang ke Lampung. Tidak ada orang lain di rumah kami yang punya hubungan dengan orang Bali kecuali Siti, yang punya pacar di sana.
Waktu saya panggil untuk konfirmasi dia mungkir. Saya bongkar kamarnya, dan menemukan banyak barang barang Cinta di dalam laci lemarinya. Ada tutup handphone, gelang, bando, tas dan masih banyak lagi. Saya minta Siti membereskan barang barangnya dan keluar dari rumah saat itu juga. Saya masih bisa menerima pembantu yang bodoh, tapi kalau pembantu tidak jujur dan suka mencuri, saya tidak bisa mentolerir. Saya tahan gaji dan handphonenya karena saya tidak mau membayar tagihan telephone yang tidak saya pakai. Kalau telephone itu untuk emergency saya rela. Tapi dia pakai untuk ber hohohehe dengan teman temannya. Bahkan ada 1 telephone yang habisnya Rp 129,000 karena telephone ke handphone di Bali selama 1 jam. Rupanya Siti mempergunakan kesempatan waktu Cinta & Babanya pergi menjemput saya dari kantor di sore hari. Saya belum tahu tagihan bulan April selama 10 hari dia masih di rumah kami, dan saya bilang, pada akhir bulan April, waktu tagihan telephone keluar, saya akan kalkulasi, kalau uang dia sisa pasti saya kembalikan. Saya tidak mau mengambil hak orang lain dengan semena mena.Saya beri uang Rp 50,000 untuk naik becak ke rumah bibinya yang memang tidak jauh dari perumahan kami.
Besok malamnya, bibi Siti datang bersama Siti untuk meminta pertanggung jawaban saya, karena kata Siti saya menghutang uangnya sebesar Rp 1,300,000 dan menahan handphonenya. Untung si bibi bisa diajak bicara baik baik. Saya ceritakan semuanya. Waktu saya katakan bahwa Siti juga berniat mencuri, sang bibi kaget. Dia tidak menyangka keponakan suka mencuri. Entah bagaimana akhirnya Siti tidak tinggal bersama bibinya setelah keluar dari rumah kami. Kabar terakhir dia bekerja di sekitar perumahan kami juga.
Nah, tadi malam kami mendapat kejutan yang luar biasa. Waktu saya dan Cinta merencanakan untuk memindahkan isi celengan Barbienya ke bank, kami baru sadar bahwa ujung celengan tersebut sudah dicungkil dengan menggunakan obeng. Tidak terlalu kentara, tapi cukup untuk meloloskan uang yang setiap kali dimasukkan selalu dilipat kecil kecil oleh Cinta.
Pfuihhhhhhh.........saya langsung lemas. Ketika kami buka dan menghitung yang yang tersisa, tambah lemas lagi....kalau dihitung, sekitar Rp 2 juta lebih uang di dalam celengan tersebut musnah. Bahkan ada 2 lembar uang yang robek, pasti karena gagal ditarik melalui lubang itu.
Sampai saat ini kami masih belum nemu cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Harus iklaskah? Harus melaporkan Siti ke polisi? Harus bagaimana ? Kami tidak berani gegabah, biarlah hari hari ini Tuhan yang akan menunjukkan kami jalan, kami juga kuatir kalau melakukan kesalahan dengan bertindak sendiri.
Siti...Siti...benar benar kamu anak yang nakal !!!
Shirley,
ReplyDeleteTiap malam sebelum tidur,aku mengajar Cinta untuk berdoa. Salah satu isinya adalah 'Tuhan, ajarkan kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami'. Rupanya ini salah satu ujian yang Dia ijinkan terjadi kepada kami,untuk menguji apakah kami bisa lulus mengampuni Siti :D. Aku sudah iklas, Shir, aku bilang ke suamiku, aku anggap kita ini sedang menafkahi anak piatu setara dengan 1 blackberry Bold...hehehe...
thanks for the support, dear..