Pages

Thursday, 26 August 2010

Ribut dengan teman sebangku


Puji Tuhan, sejak hari pertama Cinta masuk SD sampai saat ini, hampir satu setengah bulan kemudian, belum ada sekalipun kata 'males sekolah' yang keluar dari bibirnya.

Bahkan saat sakit flu pun dia tetap minta sekolah. Rupanya dia sudah mengerti bahwa sehari saja tidak masuk, dia akan ketinggalan pelajaran.

Setiap hari sepulang sekolah dia selalu telpon saya di kantor, menceritakan kegiatannya di sekolah. Lalu malam hari waktu kami ketemu sepulang saya kerja, ceritanya dilanjutkan lagi. Sambil mempersiapkan buku buku buat pelajaran besok, bahkan sampai saat kami sudah di atas ranjang menjelang tidur, dia masih saja bercerita tentang teman, guru dan kegiatan di sekolah tanpa bosan bosan, walaupun kadang diulang, tapi saya tahu itu semua karena dia happy di sekolah.

Hanya ada satu masalah...yang juga setiap hari menjadi bahan pembicaraannya tapi bernada negative.

Di kelasnya sekarang, ada setidaknya 2 teman Cinta sejak playgroup. Dua gadis kecil yang sifatnya jauh berbeda. Yang satu berinisial L, satu lagi B. L adalah anak yang sangat kalem, pendiam tapi cerdas. Sedangkan B, ceria, bandel, dan pemberani.

Kebetulan saya mengenal orang tua masing masing. L memang dari keluarga yang lembut. Mamanya seorang yang selalu bicara dengan manis. Sedangkan Papanya sangat pendiam, cenderung tidak pernah menegur sapa siapapun. Berbeda dengan B. Papa B, sangat suka bicara, suka berdebat, suka protes dan keras terhadap anak. Dari cerita baby sitternya,setiap B nakal atau malas, Papanya tidak segan mengambil tongkat untuk memukulnya. Sedangkan sang Mama cuek.

Cinta mengagumi L. Katanya L selalu ngerti semua hal. Di kelas disayang oleh Mam Lilin, walikelas mereka. Teman teman yang lain juga suka pada L, karena L nurut diajak apa saja.

Suatu hari Cinta pulang sekolah bercerita bahwa besok L mau pakai kacamata. Saya hanya bilang "O, kasihan ya, masih kecil kok sudah pakai kacamata, kan nanti kegiatannya agak terganggu". Besoknya, pulang sekolah, Cinta cerita lagi, "Mam, kacamata L buagus loh. Niek jadi pengen". Hmmmm...

Saya bilang "Kalau memang nggak perlu pakai kacamata nggak usah pakai. Pakai kacamata itu nggak enak" Trus dia beralasan, kalau kami orangtuanya kan juga pakai, pasti bagus kalau sekeluarga pakai kacamata semua. Berhari hari nggak habis juga cerita tentang kacamata L dan keingingannya untuk juga pakai kacamata. Beberapa hari kemudian ternyata si B juga pakai kacamata. Wah, tambah kepengen dia.

Ya sudahlah, akhirnya saya belikan dia kacamata kosongan, yang murahan aja, saya pikir toh kepinginnya cuma kepingin anak anak, yang sebentar sudah hilang. Dia minta ijin dipakai kesekolah. Saya bilang, boleh, tapi tapi hanya sesekali dan kalau Mam tanya apa kacamatanya beneran atau mainan, harus jujur bilang bahwa itu hanya mainan. Cinta setuju.

Nah, masalah mulai dari sini. Rupanya, tanpa tanya dulu langsung Cinta didudukkan sebangku dengan B di bagian depan kelas. Si L sudah punya pasangan duduk sendiri, cowok berkacamata juga. Rupanya duduk sebangku dengan B merupakan hari hari penuh keributan bagi Cinta.

Sejak hari pertama sampai sekarang, B suka maksa minta bekalnya Cinta. Kalau tidak dikasih, B mengancam 'aku ndak mau jadi temenmu'. Nah, karena si genduk cilik ini suka berteman, akhirnya dikasih. Tapi kalau ngambil bekalnya, si B suka lebih banyak dari yang dimakan oleh Cinta sendiri. Sampai kadang Cinta kekurangan.Anehnya juga, menurut Cinta, bekal yang diminta oleh B itu tidak dimakan loh. Tapi dimasukkan kedalam tepak makannya. Nggak jelas dibuat apa.

Besoknya B mulai melebarkan kekuasaan....kali ini Cinta disuruh mengikatkan tali sepatunya yang terlepas. Cinta, dengan lugunya mau aja. Sampai rumah cerita ke saya dan bapaknya. Kami nasehatin, lain kali jangan mau. Itu namanya memanfaatkan kebaikan teman.
Lain hari lagi, habis olah raga Cinta disuruh pasang kaus kakinya. Lhaaa.....ya jelas nggak mau toh si Cindil, secara dia tahu kaus kaki termasuk barang pribadi yang tidak boleh dipegang orang lain, seperti halnya celana dalam dan kaus dalam. Diancam, dia jawab 'Nggak jadi temenmu loh, nggak papa. Emangnya kamu nggak bisa pasang sendiri?" Hmm..good girl....Jawaban B, "aku nggak bisa, soalnya setiap hari aku dipasangin sama susterku".

Cinta sampai pernah dimusuhin salah satu temannya. Setiap ketemu temennya ini melotot ke Cinta. Cinta balas melotot sambil tanya 'Apa??'. Temennya jawab "Kamu nakal !". Waktu cerita ke bapaknya, Cinta disuruh mengingat ingat pernah berbuat apa ke temennya itu. Akhirnya dia ingat, beberapa hari yang lalu waktu sedang mengerjakan tugas kelompok, B mendorong tangan Cinta dengan sengaja sehingga mencoret buku temannya itu. Tapi si B 'bertanggung jawab' (asli bahasanya Cinta nih) dengan menghapus coretan dibuku itu sambil ketawa ketawa. Rupanya temannya itu tetap menganggap Cinta yang salah.

Bapaknya menasehati, Cinta harus datang dan minta maaf kepada teman yang bukunya dicoret itu. Cinta nurut, habis minta maaf, mereka baikan lagi dan nggak pelotot-pelototan lagi.

Besok besok, ceritanya ganti. Pulang sekolah, hampir nangis bilang kalau kacamatanya jadi longgar karena ditarik dengan paksa oleh B yang mau pinjam tapi tidak diijinkan. Alasan Cinta 'kacamata tidak boleh saling pinjam, bisa menular'...hihih...memang ini pernah saya ajarkan kepadanya waktu dia pengen coba kacamata minus saya. Rupanya, kacamata murahnya itu sangat berarti bagi dia, jadi kalau sampai rusak sedikit saja hatinya sedih. Setelah dibetulkan oleh bapaknya, Cinta tenang lagi.

Suatu hari, karena lapar, Cinta jajan bakso (cuma beli 1 biji pentolnya aja seharga Rp 1,000) di kantin sekolah. B ikut ikutan pengen jajan, minta uang ke Cinta Rp 5,000 buat beli nasi goreng. Eh, dikasih sama Cinta. Tapi sampai rumah ngomel sambil memelas, katanya "Niek aja jajannya cuma Rp 1000 kok dia mintanya Rp 5000 ya Mam". Sebenarnya saya pikir, it's OKlah, ngejajanin temen sesekali, tapi kok caranya gini ya. Bukan karena Cinta mau ngejajanin tapi B yang minta.

Saya ajari Cinta menegur B dengan bilang "nanti kalau kamu nakal, Papaku bilang sama Papamu loh". Eh, B njawab "Bilang aja, Papaku loh lebih galak dari Papamu" Lah?? Papa galak kok malah nekad..hahaha...dasar anak anak...

Trus waktu B ingin pinjam rautan Cinta (rupanya rautan ini selalu bawa masalah), dia buang isi rautan itu ke lantai trus B berteriak ke mam Lilin "Mam, Cinta buang sampah di lantai". Untungnya mam Lilin hanya melirik, mungkin melihat expresi marah di wajah Cinta yang tidak terima difitnah. BTW, karena hal ini Cinta jadi tahu arti 'fitnah' :D

Nah,dua hari yang lalu ada hal yang paling mengesalkan buat Cinta adalah waktu pensil berwarnanya ketinggalan di meja dan Cinta sibuk mengembalikan perlengkapan gambar ke locker, si B tanpa ijin mengambil rautan Cinta dari tas dan meraut pensil berwarna itu sampai habis, bener bener habis. Tujuannya, B ingin mendapatkan bekas rautan pensil yang mlungker mlungker itu. Jadi setiap sudah runcing, dipatahin lagi, trus diraut lagi sampai bekas rautannya banyak banget. Waktu Cinta lihat, B ditegur "Emoh loooo, itu kan punyaku" (hihih....lucu juga cara Cinta  negur, pakai kata 'Emoh' bukannya "jangan"). B cuma ketawa ketawa. Pengen ketawa juga waktu Cinta cerita dengan wajah marah dan alis berkerut. Expresi marah tetap ada walaupun sudah bercerita untuk kesekian kalinya. Last straw on the camel's back nih - jerami terakhir yang membuat punggung onta patah.

Dan kami orangtuanya berpikir, kayaknya memang nggak sehat nih kalau diterus teruskan. Kami tahu, anak anak memang tidak selalu bersikap manis, kadang bertengkar, nggak lama akur lagi,sama saja dengan Cinta dan B. Tapi kalau setiap hari ada kejadian yang bikin Cinta kesal, pulang sekolah dengan cerita tentang B, kami rasa hal terbaik adalah memisahkan duduk mereka.

Sampai kemarin siang saya masih belum tau, kenapa Cinta dan B selalu didudukkan di meja yang sama padahal yang lain dirotasi. Korek korek informasi, rupanya, di sekolah Cinta selalu memakai kacamatanya !. Sehingga mam Lilin pikir Cinta bermasalah beneran dengan mata. Dan karena sekelas hanya 4 anak yang berkacamata, maka dibuatlah mereka berpasang pasangan. Si L sudah punya pasangan duduk sendiri dan mereka tidak bermasalah. Cinta duduk bersama B ini.

Oalaaaah....

Butuh waktu agak lama untuk membuat Cinta mengerti dan menerima alasan kenapa dia seharusnya tidak memakai kacamata di kelas dan apa hubungannya dengan selalu disandingkan dengan B. Dia nggak bisa ngerti kenapa nggak duduk bersama L atau H, teman sebangku L yang juga berkelakuan manis, walaupun cowok.

Akhirnya saya beri dia dua pilihan. Mau duduk dan ribut selamanya dengan B, atau mau pindah duduk. Kalau mau pindah, bilang sama Mam dan berhenti pakai kacamata di kelas. Cinta memilih yang kedua. Jadi saya minta dia bicara dengan mam Lilin.

Hari Rabu waktu istirahat, Cinta mendatangi mam Lilin. Katanya "Mam, boleh nggak Cinta minta duduknya dipindah?". "Kenapa?" tanya Mam. "Cinta sudah nggak tahan duduk sama B, Mam". Eh, dengan mudahnya, tanpa tanya lebih lanjut, mam Lilin mengatur agar Cinta duduk sebangku dengan L, idolanya. Dan si H duduk bersama B. H yang protes, kenapa duduknya dipindah. Mam bilang 'Itu loh, si B nggangguin Cinta terus". Hihih....mungkin mam juga memperhatikan kelakuan gadis gadis kecil ini setiap harinya. Betapa senang hari Cinta dan leganya hati kami.

Waktu pulang sekolah, lansung dia telpon saya dan bilang "Mamie, ada good news !. Mulai hari ini Niek duduknya dipisah dan sekarang duduk sama L. Berarti sudah boleh pakai kacamata lagi ya?". Saya bilang "No ! Nggak usah kacamata kacamataan....kalau mau pake kacamata kalau lagi jalan jalan sama Mamie aja" :D

Terimakasih Tuhan, Kau mudahkan jalan anak saya. Semoga pengalaman ini bisa membuat Cinta makin bisa bersosialisasi.

4 comments:

  1. Wah seru banget ya kejadiannya. Dulu anak aku pernah juga dish dijahatin temannya, yah aku dengerin ceritanya and aku inget2 tgl berapa, kejadian apa, terus aku laporin ke gurunya spy gga berlarut2 masalahnya.

    ReplyDelete
  2. Memang orang tua perlu aware dengan perkembangan pergaulan anak2 ya.

    My Naomi is a sweet girl but not always an angel. Kadang2 ada saatnya dia bossy (mungkin niru emaknya, aduh Gusti maapin aku), ada saatnya dia sensi dan gembeng (yang ini gak tahu niru siapa), ada saatnya dia soooo friendly and baik hati. Ada saatnya dia yang nurut sama temannya (bener2 nurut sampai tingkat adore) ada saatnya dia mischief juga sama teman2nya ini.

    Pinter2nya orang tau mengkomunikasikan nilai2 dalam keluarga dan bagaimana menyelaraskannya dengan nilai2 sosial di masyarakat.

    By the way, si B iki kok ndableg pol toh. Gemes aku mocone. Mungkin hiperaktif be'e sampe dikethaki terus karo papane.

    ReplyDelete
  3. @ Baby : thank you :)

    @ Shirley : hihih...aslinya anak itu cerdas cuma sayangnya nggak terarah. Susternya orang 'sono" yang bicaranya kasar dan kelakuannya nggak sopan. Sehari hari kumpul sama suster, nonton sinetron nggak dilarang, ngomong jelek nggak ada yang ngontrol, jadinya ya gitulah..mosok masih SD kelas 1 sudah mahir ngomongin soal 'itu pacarmu bukan pacarku, cium'en pacarmu sana'. Ampppuuunnn... :D

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete