Hari hari ini kami sedang berduka. Tante Vita, sepupu dekat Bapak telah berpulang kerumah Tuhan dalam usia 28 tahun dan dalam keadaan hamil 9 bulan.
Hari Jumat tanggal 1 Mei 2009 pagi kami mendapat kabar bahwa tante Vita di Mataram sedang sakit sesak nafas pada saat akan melahirkan anak pertamanya. Oom Wawan, suaminya memberitahu bahwa kondisi tante Vita kritis. Tak lama kemudian ada kabar bahwa bayi yang di dalam kandungan Tante meninggal. Eyang No, papa tante Vita segera berusaha mencari penerbangan dari Surabaya ke Mataram untuk mendampingin puteri keduanya ini. Rencananya Eyang No akan berangkat dengan pesawat Wings Air jam 13:55 hari Jumat itu. Namun belum sempat beliau berangkat sudah ada kabar bahwa tante Vita juga menghembuskan nafas terakhirnya.
Dengan hati hancur, Eyang No tetap berangkat dan mengurus segala sesuatunya di Mataram untuk membawa jenasah tante Vita dan bayinya (yang belum sempat dilahirkan) ke Njorongan, desa kecil di Probolinggo untuk dimakamkan di sana di sebelah makam eyang Munil, mama tante Vita yang meninggal 2 tahun yang lalu karena kanker kandungan.
Hari Sabtu pagi jam 6, jenasah tante Vita tiba di Surabaya dan segera dibawa ke Njorongan dan setelah didoakan oleh tetangga dan para kerabat, tante Vita dimakamkan.
Tante Vita adalah bungsu dan satu satunya anak wanita puteri eyang No dan eyang Munil, adik eyang Anik, ibunya Bapak. Tante Vita baru menikah dengan oom Wawan tanggal 17 Agustus 2008.
Karena rumah kami berdekatan, tante Vita dan keluarganya cukup dekat dengan keluarga kami. Bahkan tante Vita ikut menemani Mamie waktu Cinta mau lahir di rumah sakit dulu. Tante Vita adalah orang pertama dari keluarga Bapak yang Mamie kenal. Selama ini tante dan Cinta juga cukup akrab. Tante Vita adalah orang yang sangat ceria, tahan banting dan tabah. Walaupun dalam keadaan hamil besar, tante Vita masih kemana mana naik motornya, bahkan waktu kerja di pinggiran kota Surabaya, dan sering pulang malam. Memang semua ini adalah takdir, namun kami sangat kehilangan tante Vita. Terutama keluarga eyang No, karena selama ini tante Vita adalah penggembira keluarga.
Bulan February 2009 lalu terakhir kami bertemu tante Vita waktu tante pamit mau berangkat ke Mataram menyusul Oom Wawan yang mendapat pekerjaan di sana setelah beberapa tahun bekerja di laut. Dengan perut besarnya tante Vita mengepack semua keperluannya tanpa merasa lelah. Eyang No dan keluarganya tidak bisa menahan kepergian Tante ke Mataram, karena Tante beralasan ingin melayani dan menemani Oom Wawan karena mereka sudah suami istri. Walaupun sudah diingatkan bahwa mungkin pelayangan medis disana tidak sebaik di Surabaya, tante tetap keukeuh berangkat. Well...apa yang bisa dikatakan kalau sudah begini.
Ketika jenasahnya datang di rumah eyang Darsi, eyangnya tante Vita, di Njorongan, orang orang sedesanya meratapi kepergiannya yang terlalu mendadak. Sampai sekarang kita masih belum tahu detail kejadian di Mataram, karena Oom Wawan dan eyang No masih belum bisa bercerita secara runtut. Ada dugaan tante Vita meninggal karena pre-eklampsia, namun tidak mustahil juga karena tidak kuat menjalani proses pembukaan yang sudah berlangsung 4 hari-3 hari di tempat bidan dan 1 hari di rumah sakit umum di Mataram.
Bagaimanapun, kami hanya bisa berdoa, semoga arwah tante Vita dan anaknya mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Selamat jalan, dan terimakasih telah menjadi tante yang baik buat Cinta, ya Tan.
pernikahan tante Vita dan Oom Wawan 17 Agustus 2008
tante Vita dan Cinta di malam ultah Cinta yang pertama 18 Oct 2004
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqyq-ot0Epmh9HHUrHbPNiDfYpq-KoLihDYNUs1LuwHN1UIhb0lUVo6GpbdXFqXGEeSngb3kIi4ZRsUj34m9RjW-tDqRBg0x565ex0PWVyx3yCJsIMiAg-3H_TPSb-fC8n9KNqRKSZdgg/s400/Digicam+002-x.jpg)
No comments:
Post a Comment